Minggu, 14 September 2014



DITAKTOR PUISI
*) kisah dalam puisi-mu

Majasku bersembunyi diantara belukar diksi
memaksa aku mengurai makna dalam tabir rima
seperti kunti yang menangis pada malam-malam romantika jiwa
seperti ambisi yang mencipta zaman dan meniadakannya
: ah.. itu adalah imaji yang terpasung egois.

Telah aku sebut segala bahasa lewat gairah kepompong
telah aku rapal segala mantera lewat pendustaan rasa
namun, engkau telah terjangkit sajak-sajak yang miskram
abortus pada sebait narasi binal
yang terburu memoles warna pewaris

: ingatlah, aku telah menanam benih pohon puisi
yang buahnya serupa kuldi.

Sarungkanlah belati syairmu dalam kedamaian yang baka
kelak, jiwa syair itu kan mampu menghunus tepat di pusat rimba diksi
hingga bias mentari kan engkau dapati dalam gelap laju ambisi sajak-sajakmu.

: ingatlah, telah aku petik buah puisi itu
meski menahun dalam belenggu kepompong.



Benk, Selasa Kliwon 15-7-14
(kidul argo gamping)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar