Selasa, 30 September 2014

LUPA
*) murtad yang tidak terencana

Aku lupa bagaimana cara menulis puisi untukmu
konon, sanggup menghangatkanmu di tengah gigil rindumu pada kafanku

Aku lupa cara membangkitkan birahi di kubur sunyi
yang terkubur dengan peti dari batu bertabur mutiara yang tak pernah padam
: mirip milik Firaun Tutankhamen

Aku lupa jika obor dunia terlajur menjilma Anubis yang terus mencundangi kaum berdasi bertameng parlemen mewah
mencoba terus membunuh generasi vakum dengan binal ambisi tanpa arah dan juga lengkingan orasi-orasi politik saban pagi bertabur kopi hitam serupa jelaga nanah

Aku lupa cara memvonismu dengan sabda dari langit
tentang darah yang pernah muncrat di altar batu dengan sarkasmemu
hingga denosida menjadi solusi pada sebuah ambisi

Aku lupa bahwa demokrasi sedang membicarakan fitnah menjadi fakta di meja diskusi
berlomba mencari kemunafikan dari kaum munafik
mencoba saling murtad atas sila yang pernah sakti

Dan, aku lupa bahwa kau pernah mengajari aku cara mendengarkan dari apa yang tidak pernah terucap.

: aku lupa pada batu nisan yang menunggu baluran abjad-abjad gaib.



Benk, 29 Sept 2014
(kidul argo gamping)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar