Minggu, 14 September 2014

DOA YANG TERTUNDA
*) episode pada sebuah asa yang hampir klimaks

Aku tersudut dalam ruang kehampaan
bersama gelap yang kian mencakar-cakar nyali berdiriku
membutakan netra menatap sayup-sayup dzikir mualim
sunyi menjilma keabadian keluh kesah
tafakur hanya selayak gubahan simfoni purba tentang kealphaan jiwa
-hilang notasi-

Akulah resah itu
menyambangimu saban pagi di beranda rumah penyair
sembari engkau meminum kopi hangat dan menimang berita politik negeri kaum durja,
aku gedong ruh-ruh yang terpasung narasi asmara
-semua raut adalah sama- (pasrah)

Gusti…
detak jantung yang mengisyaratkan suka cita itu telah aku rabahi
telah aku dengar iramanya
masih sama, selaras hembusan nafas bayi yang haus susu Bundanya
terengah-engah dan tergesa menuntaskan dahaganya
namun, harum aroma mulutnya adalah doa yang selalu melayang memenuhi laju imajiku

Duh Gusti, tunjukkanlah bias nur kasihmu
akulah jiwa terkutuk dalam segala buih dosa
yang takut lupa arah jalan ke surga
tiada nyali perpaling sepi
hanya sekelumit geram yang kian memuncak di ubun-ubun
menjilma tangis doa tentang langkah hilang arah

: akulah episode dalam doaku yang tertunda
kepada harapan yang hampir usai



Benk, 16 Juli 2014
(kidul argo gamping)

- Allahumma, la ilaha illa anta. Subhanaka, inni kuntu minazzhalimin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar