AKU MENANTIMU, EMBUN PAGI
dalam gontai aku membaca syair debu
bait-baitnya menggugah episode kelam jiwa
pada detak malam yang bersembunyi di kalbu paling palung
berjalan tertatih mengurai keangkuhan logika
akupun tertunduk belajar meratapi janji
meski embun telah sudi sentuh nadi
embun itu, hanya sebentar mampir di pekaranganku
membasuh dahaga pada setetes cinta
lantas, ia memejamkan matanya
meditasi terbangkan arwah pada bias mentari
entah esok kan bereinkarnasi atau hanya jejak yang tertutup debu
:- aku menantimu, dalam subuh bersama doa-doa dan cinta.
Beng, 10-2-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar