Kamis, 13 Maret 2014

KEPADA AIR

KEPADA AIR
(belajar mencaci diri sendiri)

sampai kapan kita bisa mengurai sebuah makna
yang mendadak menjadi angker
di saat kita terluka dan gontai

sampai kapan kita mampu mengitung dosa dan cinta
saat kita sadar akan ajal dan muksa

selaksa irama air yang menetes dari langit
mencipta wajah-wajah kita
polos dan dungu
namun mampu menterjemahkan bahasa cinta
kepada kasih bunda yang tak akan pernah muksa

:- bukankah kita tercipta dari peperangan ?
lantas menjadi sajak-sajak air
sanggup mengubah warna cakrawala seperti bah
yang menenggelamkan segala tunas mimipi
ataupun memberi kehidupan di bawana raya

sampai kapan kita terkutuk oleh ambisi diri
hingga pewaris menggoreskan prasasti di kubur sunyi


Beng, Peb 2014

PERSEMBUNYIAN

PERSEMBUNYIAN
(lorong tiada ujung)

Arus itu menjeratku hingga aorta berhenti mengalirkan cerita purba
Meminangku dengan segala perjamuan erotika syahwat
Memabukkan selaksa nektar dengan secuil asa
Lantas, gontai menapaki laju matahari
Hingga aku terkurung di rimba-rimba puisi
Raut pun terberai berceceran di semak
Yang rantingnya menukik menuju kebakaan

Lorong pekat mengaung memecah cakrawala jingga
Menusuk muka langit dengan onak di bokongnya
Menjilati jejak sunyi di setapak jalan menuju firdaus

Aku, sangat kerasan menimang elegi
Membuatnya terlena, seperti arus itu
Saat menjeratku dalam lorong tanpa ujung
Gelapnya simbol keangkuhan kata
Bukan hanya sekedar majas ataupun simfoni keramat

:- dan, lihatlah dengan mata ularmu !
Di lorong gelap inilah aku bermeditasi
Mencari arah angin
Tanpa bau perempuan bermuka ular


4 Maret 2041

MENDADAK PENYAIR

(misteri di balik kesantunan)

Asal nulis
Biar asik kasih mesum
Bersetuh aksara zina ruang
Merengkuh pejuh surga


Beng_Pebruari 2014
*Pejuh = cinta semu (relative)

MELIHAT (1)

MELIHAT (1)

Pesta argumen bergema (demi apa ?)
Orasi kejujuran atau kebohongan. (mungkin !)
Lalai tugas. (bisas !)
Ijin selingkuh. (lazim)
Transenden akhlak mati. (astaga)
Insentif semakin asik (waow !)
Kantuk melanda saat sidang (bangsat)

Benk. 14 Maret 2014

KREDO TENTANG CINTA

KREDO TENTANG CINTA
(kepada ; kasih dengan lidah ular)

Mata itu masih saja menerkam riwayat silam
Tajam mencabik guratan setiap abjad-abjad gaib
Kocar-kacir di pelataran rumah penyair
Pecah menafsirkan perjanjian keramat
Tentang cinta yang tak kunjung jua terurai

Kredo sakral itu terbakar api birahi
Muksa dari peradaban bawana liar
Bahkan rimba-rimba puisi enggan menyapa
Terbuang diantara bait-baitnya
Mengutuk segala rima yang bunting oleh kata

:- bukankah perjanjian itu hanya sekedar Kuldi ?

Vodca yang engkau tawarkan di perjamuan sunyi
Bersama perempuan-perempuan tanpa kutang
Menari sufi irama mesum
Tak jua mampu memotong lidahmu yang bercabang
Air liurnya mengusung rahasia ranjang seribu klimaks

Entah sampai kapan kredo cinta menjilma ritus bunuh diri
Sementara arah kian berkabut
Gelap membungkus naluri
Rindu nur kehidupan

:- Kredo cinta, melumat logika.


4 Maret 2014