Selasa, 23 Oktober 2012

PUISI



PERAWAN YANG LAHIR DARI BATU

Dikelilingin samudra hijau maha dalam
dimana bahala harus terpaksa bersibakkan membuka jalan
bagi suara angin dan gema tebing berlawatan
sebab bicara bahasa yang sama
bahasa laut

-mytheomai

: kisah para perawan yang menghuni sebuah selat utara
jagatraya
dan ada ratusan goa sarat dengan batu poros mini –
strato terbalik
disisipi umbalan yang memancangkan diri ke permukaan
air hangat

Di dalamnya hudup beberapa bidadari kecil
pakaiannya dari anemon laut cantik beraneka warna
tertawa kegelian ketika digelitik bintang laut
berjari delapan
pantun mereka ditengarai a capella para wanita
penjaga selat. Bila sebuh menjelang, cahaya
bintang dalu sengaja menikung
agar sejenak dapat mengelus elus wajah suci dalam
pulas. Rona datudatu

Langit duduk tenang – kesyahduan siesta
tak Nampak tatanan apalagi jejak batangkaki manusia
serabut daldaru berkeliaran tangkur naga lahir dari
kantong bapaknya
kelinci laut betina berwarna cerah bermain dengan ikan
bersirip kipas

Wanita bidadari perawan suci substansi alam di
seputarnya. Tidak pernah dilahirkan
mereka ada karena sesuatu mengharapkan agar mereka
ada – rahasia alam.

Kirip teripang pari hantu dan kelompang yang tinggal
ditepiannya
menanamkan mereka itu – perawan yang lahir dari batu


(sajak Josepha Violetta Simatupang)


umbalan         :  proses gerakan air yang hanya bisa ke atas bila arus dalam bertemu tebing di dalam air
mytheomai     :  menceritakan
bahala            :  bencana
bintang dalu    :  aquarius
datu               :  ratu
siesta            :  tidur siang



SUARA ZAMAN

Musa menyuarakan Taurat
Daud menyuarakan Zabur
Isa menyuarakan Injil
Muhammad menyuarakan Quran
Sidharta Gautama menyuarakan Tripitaka
Dan kami anak zaman ini
Menyuarakan Perang Bintang.



TRILOGI UNTUK IBU
                       : jerit orok di selokan

Satu,
           Jangan kau buat aku, ataupun coba-coba buat aku,
           jika kau tak inginkan aku
Dua,  
           Jangan kau gugurkan aku,
           jika akuu terlanjur di rahimmu
Tiga,
           Jangan terlantarkan aku dan akui aku,
           setelah kau lahirkan aku


(sajak Yusik Waxan)
(sajak A.D. Donggo, 1999.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar