SAJAK HITAM UNTUKMU
Kepada
: Kawanku
: - teriaklah !
Selagi hijaunya
daun masih bisa engkau sentuh.
Murkalah !
Selagi nafasmu
masih berhembus .
Menangislah !
Selagi air
mata bukan darah.
Tunduklah !
Selagi
sajadah masih mewangi.
Perulangan demi perulangan masih kau sesali
Sembari kau kutuk dirimu
Meskii hanya abu nafas
Tapi surga tak sudi berpihak
Matahari telah ke puncak
Mengusung gelisah yang panjang
Burung-burung enggan kepakkan dayap
Tanah menunggu parade penggali kubur
Lolongan srigala bersahutan
Dari lembah yang kehilangan jurangnya
Lihatlah. Bumi sudah terlanjur bunting
Janin harapan terus menggeliat
Mencoba menerka arah angin
Yang tak kunjung juga kau menafsirkannya
Kibaskan belukar di depanmu
Melangkahlah
Tanpa acuhkan jejak-jejakmu
Agar kelak malam menghampirimu
Mengajakmu menari-nari dengan
Perempuan bugil seribu birahi
Lantas hanya namamu yang terpahat
di prasasti kubur
untuk perwaris agar mampu
menafsirkan keterkutukanmu.
Konk, Maret 2006
MONOLOG PADA SANUBARI
Dalam
kesahajaan ku pinjam bahasa sanubari
yang
terukir dalam relung waktu
mencipta
sebuah ruang gelap
berharap
pada tunas-tunas mimpi
akan
gelak tawa yang merajut kasih
pada
sebuah jejak purba –bukan moyang Adam-
Dalam
kesahajaan kucoba mencipta warna cakrawala
serta
arah angin yang gontai oleh peradaban
matahari
yang bunting oleh cinta dan birahi
menjadi
sebuah teka-teki tanpa jawab yang pasti
dalam
kesahajaan tlah ku pinjam bahasa cinta
konon
mampu menafsirkan indahnya birahi,
gemulainya
memabukkan selaksa vodca dingin
yang
saban hari menyanyikan lagu masa depan.
Dalam
kesahajaan ku pinta dengan bahasa yang masih sama
pada
gerai rambutmu,
pada
senyum dan tawamu,
adalah
kasih yang wangi.
Konk,
Desember 2012
AKU MUSNAH
tanpa
apa aku datang padamu -(kata sutardji)-
lantas
patahan kata itu terus mengiang di gua daun telinga
menjalar
menggurat pada kalbu
menggoreskan
jejak yang dalam dan bunting
menjerat
aortaku pada ujung nadi
dan
menjadikannya tiada
aku
hanya patahan kata dari puisi yang terbuang
menjadi
berkeping lebur dan sirna
menjilma
jelaga atas bara yang mengaga
musnah
dan lenyap dalam pelukkan sang bayu
tanpa air
mata dan reinkarnasi
Konk,
Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar